Mitologi Jepang adalah kumpulan kisah yang kaya akan simbolisme, nilai spiritual, dan gambaran tentang harmoni alam. Dari sekian banyak cerita dalam kepercayaan Shinto, kisah Amaterasu, dewi matahari, dan Susanoo, dewa badai, menjadi salah satu yang paling terkenal. Dua sosok ini adalah kakak beradik yang memiliki karakter kontras—satu penuh cahaya dan keanggunan, satu lagi penuh amarah dan kekacauan. Namun di balik perbedaan mereka, tersembunyi makna yang dalam tentang keseimbangan dan pelajaran moral dalam kehidupan manusia.
Asal-usul Dewi dan Dewa dari Ritual Pemurnian Mitologi Jepang
Kisah Amaterasu dan Susanoo bermula dari dewa pencipta, Izanagi, yang setelah kembali dari dunia kematian (Yomi), melakukan ritual pemurnian. Dari cucian matanya, lahirlah Amaterasu (matahari) dari mata kiri, Tsukuyomi (bulan) dari mata kanan, dan Susanoo (badai/lautan) dari hidungnya.
Amaterasu diberi tugas untuk menerangi langit, Tsukuyomi mengatur malam, dan Susanoo ditugaskan mengawasi laut. Namun Susanoo dikenal tidak puas dengan peranannya. Ia merasa tidak diterima dan sering menunjukkan perilaku yang merusak, bahkan menghancurkan.
BACA JUGA : Dewa-Dewi Jepang: Amaterasu hingga Susanoo dalam Kisah Mitologi Shinto
Amaterasu: Simbol Cahaya dan Keanggunan
Amaterasu Omikami adalah dewi paling dihormati dalam Shinto dan dianggap sebagai leluhur langsung dari kaisar Jepang. Ia merupakan simbol keanggunan, cahaya, dan kehidupan. Tanpa matahari, tidak ada pertumbuhan atau keberlangsungan. Dalam kepercayaan Jepang, Amaterasu tidak hanya menerangi dunia secara fisik, tetapi juga memberi pencerahan secara spiritual.
Kuil Ise Jingu, yang terletak di Prefektur Mie, adalah tempat suci yang didedikasikan untuknya dan merupakan salah satu situs keagamaan paling penting di Jepang.
Susanoo: Sang Pemberontak yang Belajar Menebus Dosa Mitologi Jepang
Susanoo no Mikoto, saudara Amaterasu, dikenal sebagai dewa yang temperamental dan penuh gejolak. Dalam salah satu kisah, Susanoo naik ke langit dan mengacau di kediaman Amaterasu di Takamagahara, merusak sawah, mengotori kuil suci, dan bahkan membunuh salah satu pelayan Amaterasu.
Karena ulah Susanoo, Amaterasu merasa malu dan takut, lalu bersembunyi di dalam gua Ama-no-Iwato. Dunia pun diliputi kegelapan. Tanpa cahaya matahari, panen gagal, makhluk hidup kesulitan bertahan, dan kekacauan menyebar ke seluruh negeri.
Upaya Para Dewa Membawa Cahaya Kembali
Ketika Amaterasu menghilang, para dewa panik. Mereka berkumpul dan merancang rencana untuk membujuknya keluar. Dewi Ame-no-Uzume melakukan tarian lucu di depan gua, mengundang gelak tawa para dewa lain. Karena penasaran dengan suara tawa di luar, Amaterasu mengintip keluar. Saat itulah para dewa menariknya keluar dan menutup gua agar ia tak bisa bersembunyi lagi.
Peristiwa ini menjadi simbol kembalinya cahaya dan keseimbangan dunia. Setelah kejadian tersebut, Susanoo diusir dari langit, tetapi kisahnya tidak berakhir di sana. Dalam pengembaraannya di bumi, ia membunuh monster Yamata no Orochi dan menyelamatkan Kushinada-hime, yang kelak menjadi istrinya. Ia juga menemukan pedang legendaris Kusanagi-no-Tsurugi, yang kelak menjadi salah satu dari tiga pusaka kekaisaran Jepang.
Makna Filosofis di Balik Kisah
Kisah Amaterasu dan Susanoo bukan hanya mitos hiburan, tetapi mengandung pelajaran moral dan spiritual. Amaterasu mewakili stabilitas, ketenangan, dan keberlanjutan, sedangkan Susanoo mencerminkan kekacauan, perubahan, dan pertumbuhan melalui kesalahan.
Keduanya diperlukan dalam hidup: cahaya untuk menuntun arah, dan badai untuk membentuk karakter. Dalam budaya Jepang, konsep keseimbangan ini tercermin dalam berbagai aspek—dari seni, tata krama, hingga cara pandang terhadap alam.
Kesimpulan
Amaterasu dan Susanoo adalah dua sisi dari satu koin dalam mitologi Jepang. Keduanya menggambarkan dinamika kehidupan—antara terang dan gelap, ketenangan dan gejolak, ketertiban dan kebebasan. Cerita mereka mengajarkan bahwa dalam setiap kekacauan selalu ada kesempatan untuk bertumbuh, dan bahwa cahaya akan selalu menemukan jalannya kembali.
Bagi siapa pun yang tertarik pada mitologi Jepang, memahami kisah ini adalah langkah awal untuk menyelami dunia spiritual yang kaya, indah, dan penuh makna dari kepercayaan Shinto. 🌅🌊